6 Cara Menulis Novel Hantu dan Supernatural

Hal paling menakutkan tentang cerita hantu yang bagus adalah bagaimana situasi biasa tiba-tiba bisa menjadi luar biasa saat memasukkan unsur supernatural. Penulis cerita hantu modern membangun suasana luar biasa sambil menghindari klise seperti rumah berhantu, tengah malam, atau badai tengah malam. Jika kamu ingin menulis cerita meyakinkan tentang ini, berikut adalah beberapa langkah yang perlu dilakukan:

1. Jadikan elemen supernatural sebagai bagian integral dari cerita

Cerita supernatural, menurut definisi, adalah tentang sesuatu yang supernatural. Hal-hal supernatural tidak begitu saja dilontarkan ke dalam cerita agar lebih menarik. Misalkan Anda memperkenalkan karakter yang merupakan hantu. Kecuali hantu memainkan peran utama dalam cerita, lalu apa gunanya? Tanyakan pada dirimu apakah cerita yang sama dapat diceritakan tanpa penyertaan mereka. Jika kamu bisa menceritakan kisah yang sama tanpa unsur supranatural itu, tinggalkan saja.

2. Bersikaplah hati-hati dengan momen-momen menakutkan

Alih-alih mengalami hal-hal menakutkan yang terjadi entah dari mana, atau hanya karena tampaknya mengejutkan, tanyakan pada diri sendiri apa yang memotivasi momen-momen tersebut. Jika kamu ingin karaktermu tersandung pada mayat, itu baik dan bagus, tetapi harus ada alasan untuk itu. Mayat itu seharusnya penting bagi cerita secara keseluruhan — tidak ada yang terjadi dalam novel yang terjadi sekali dan kemudian tidak penting sama sekali untuk sisa bacaan.

Tanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan ini: bagaimana karaktermu sampai pada saat ini? Bagaimana mereka menghadapinya? Bagaimana momen ini memengaruhi sisa plot, atau bagaimana hal itu mengatur karakter untuk langkah selanjutnya?

3. Gunakan ketegangan

Ketegangan adalah teman terbaik saat menulis cerita hantu. Menggunakannya dengan benar berarti membiarkan pembaca cukup tahu bahwa mereka takut, tetapi jangan terlalu banyak sehingga mereka tahu apa yang akan terjadi.

Misalnya, kamu memiliki hantu yang berjalan menembus tembok, dan katakanlah klimaks ceritamu akan berada di ruang bawah tanah. Jika kamu belum pernah menunjukkan kepada pembaca soal hantu yang berjalan menembus tembok, maka nantinya pembaca bisa tidak merasakan apa-apa.

Namun, jika kamu telah menunjukkan kepada pembaca sejak awal bahwa hantu dapat berjalan menembus tembok, mereka akan gugup sepanjang karakter tersebut berada di ruang bawah tanah. Kapan hantu itu akan muncul? Ini akan menambah lapisan ketegangan secara langsung.

4. Menetapkan aturan dan mematuhinya

Misalnya, jika vampir tidak dapat dilihat di siang hari agar tidak terbakar menjadi abu, pertahankan aturan itu di sepanjang cerita. Jika kamu mengubah aturan untuk membengkokkan plot demi kenyamananmu, maka kamu telah menyabotase cerita.

Jika kamu menggunakan sihir dalam cerita, ingatlah beberapa hal. Yang pertama adalah dengan sistem sihir apa pun, pasti ada biaya untuk menggunakannya. Apakah menggunakan sihir menguras energi karaktermu?

Apakah itu memiliki konsekuensi yang mengerikan? Karakter tidak boleh memiliki persediaan sihir yang tidak terbatas kan?

Pahami cara kerjanya. Apakah ada tempat yang tidak bisa atau tidak mau dikunjungi hantu? Dan apa alasannya? Bagaimana manusia serigala bekerja di ceritamu? Membuat makhluk paranormal bertindak dengan cara yang konsisten akan mempermudah membangun ketegangan—sulit untuk mengkhawatirkan karaktermu jika sepertinya mereka berada dalam jumlah masalah yang sama sepanjang waktu.

5. Membuatnya tetap baru

Mungkin tidak ada yang namanya cerita benar-benar baru. Hanya cerita lama yang diceritakan dengan baik. Pada dasarnya, apakah ceritamu mengandung sentuhan baru? Mengapa menceritakan kisah Drakula jika sudah diceritakan? Tapi jika ceritamu tentang Drakula modern, itu bisa jadi ide yang segar.

6. Suasana dan detail sensorik

Terakhir, namun tidak kalah pentingnya, jangan melewatkan setting. Letakkan karakter di lingkungan yang ramai, ruang bawah tanah yang bau, koridor lembap, dll. Jelaskan hal-hal ini menggunakan detail yang masuk akal yang membuat pembaca juga merasa berada di dalamnya. Ini akan menambah rasa tidak nyaman secara keseluruhan, dan itu akan membuat pembaca dikejutkan oleh ketakutan besar berikutnya yang kamu siapkan untuk mereka.

 

6 Tips Menulis Cerita Mikro Fiksi Horor

Kamu mungkin ingin menulis menulis cerita pendek atau bahkan memulai novel selama ini, tapi sayangnya tidak memiliki banyak waktu luang untuk menulis. Mungkin kamu berpkir untuk menulis cerpen tapi cerpen pun masih terbilang cukup panjang. Bagaimana kalau mencoba micro fiksi? Mikrofiksi biasanya sekitar 100 kata atau tidak lebih dari 300 kata. Jika kamu punya ide cerita horor dan tertantang untuk menulis cerita horor yang sangat pendek atau mikrofiksi, tips berikut mungkin bisa membantumu:

1. Pastikan ceritanya sesuai dengan hitungan kata

Kamu mungkin sering mengalami hal ini: sebuah cerita datang secara tiba-tiba, kamu bahkan bisa memvisualisasikan dari awal, tengah, dan akhirnya. Namun, untuk menulis cerita itu menjadi sebuah novel yang panjang kayaknya nggak akan pernah selesai karena terbentur waktu. Nah dalam mikrofiksi, ide cerita lengkap biasanya tidak sesuai dengan jumlah kata yang kecil. Kamu harus menyaring cerita besar menjadi ruang kecil.

Pilihlah ide di mana adegan menakutkan dan bukan ide yang butuh tulisan yang panjang untuk melakukannya.

2. Fokus pada momen tunggal di tengah-tengah aksi (media res)

Kamu harus mempertimbangkan adegan penting dalam ide cerita dan mencoba mengembangkan adegan atau momen tersebut di mana plot benar-benar berubah. Terkadang itu bisa tercermin dalam realisasi oleh protagonis. Di lain waktu, hal itu dapat direpresentasikan dalam beberapa jenis sentuhan ironis di bagian akhir.

Bayangkan kamu memiliki ide cerita tentang seorang psikopat dengan kapak yang mengejar seorang pemuda di sekitar danau. Kamu awalnya membayangkan pemuda itu berbicara dengan temannya dan bahkan tidak melihat sang psikopat berkapak sampai dia berada dalam jarak serang. Kamu mungkin tergoda untuk menulis semua detail dalam upaya membangun ketakutan bagi pembaca. Penulis mikrofiksi akan memilih untuk fokus pada satu momen seperti, katakanlah, sang psikopat yang mencoba mencabut kapaknya dari pohon setelah hampir mengenai pemudanya. Dengan menempatkan pembaca di tengah-tengah aksi (media res), kamu memungkinkan pembaca mengumpulkan sendiri semua informasi yang relevan.

Kamu bahkan dapat menyimpulkan cerita seperti ini dengan ending yang sudah terlihat, seperti, Harimau biasanya tidak melewatkan cakaran kedua. Fokus pada momen yang membuat pembaca merasa tidak nyaman.

3. Ciptakan suasana melalui setting atau latar

Dalam fiksi mikro, kamu tidak memiliki banyak ruang untuk menakut-nakuti seseorang, jadi kamu harus berhati-hati dengan detail latar untuk mendapatkan cerita yang efektif. Supaya lebih singkat maka latarnya sekarang menjadi karakter, dan karakter itu akan memberikan suasana hati untuk semua hal lain yang terjadi dalam cerita.

Jika ceritamu akan berlangsung di kamar tidur utama dan karakter bersiap untuk tidur, masukkanlah elemen terkuat dari latar itu ke dalam ceritamu. Temukan cara inventif untuk membuat latarmu hidup. Misalnya suara pintu lemari yang terbuka lalu disertai dengan adegan yang aktif bukan hanya sebagai pengantar atau jump scare semata.

4. Pikirkan tentang apa yang membuatmu takut

Sebelum kamu bisa menakut-nakuti seseorang, ada baiknya mengetahui apa yang membuat dirimu takut. Tidak harus berupa monster atau laba-laba atau bahkan manusia; itu bisa berupa situasi: kehilangan keponakanmu di mal, berada di tengah-tengah badai, atau apa pun yang membuatmu sangat tidak nyaman. Tanyakan pada diri sendiri mengapa situasi ini membuatmu merasa tidak nyaman. Menjawab pertanyaan itu memungkinkan kamu memahami mengapa dan apa yang ditakuti oleh karaktermu.

5. Buat akhir yang mengejutkan

Banyak karya mikro fiksi yang diakhiri dengan kejutan yang tidak diharapkan oleh pembaca. Jadikan ending adalah penyelesaian konflik yang kamu ceritakan sepanjang tulisan tapi lakukan dengan cara yang mengejutkan.

6. Membaca puisi horor

Puisi adalah salah satu karya sastra yang pendek, para penyair menggunakan seperti Edgar Allan Poe, menggunakan kata-kata dengan cara yang orisinal dan sangat mengena untuk mengungkapkan kisah-kisah kelam selama berabad-abad. Lihatlah bagaimana Poe memilih kata-kata, bagaimana bahasa dapat digunakan untuk menciptakan momen menakutkan, amati teknik yang dia gunakan.